Senin, 19 Februari 2018

Menghitung Syukur



Kata itu mempengaruhi alam semesta bekerja. Niatan kita tepatnya.

"Blessed Monday" kata yang biasa  di timeline Senin. Tapi saya sungguh-sungguh meyakininya.

Keluar apartemen dan saya bingung mencari di mana mobil saya. Setelah putar-putar nyari saya baru sadar. Ternyata mobil tertinggal di kantor sejak Minggu lalu. Jadilah  komuter mengantar saya lebih cepat ke kantor. Lupa sesaat ternyata ada manfaatnya.

Turun dari komuter, Abang  sudah menanti. Babang ojek. "Enak Pak motornya" kata saya membuka sapa. "Iya Bu. Karena sejauh pengamatan saya, pengguna ojek itu perempuan. Motor seperti ini cocok. Tidak terlalu tinggi," jelasnya. Tukang ojek pun bekerja dengan pengamatan dan analisa.

Jadilah kami naik motor berdua. Romantis. Apalagi ditemani gerimis tipis.

Saat gerimis ditemani kain manis Valentine's gift dari Mbak Cantik Monica Kumalasari.

Oh ya, dari rumah sempat dibekali mbak,  keripik pisang kepok dari Ciawi. Enak. Sekaligus juga membuat roda ekonominya bergulir lebih kencang. Dia marketing yang hebat.

Nah, siang ada berkat lain lagi. Ketemu Bang Fikar Rizky Mohammad. Umurnya masih 20 an. Beda tipis lah usianya sama saya. Kami berbincang panjang lebar. 1.5 jam lebih. Darinya saya belajar. Yang paling utama adalah belajar melihat segala sesuatunya dari sudut   pandang positif. Baik dari kata, rencana kerja dan yang paling utama: apa karya kita yang bermanfaat untuk sesama. Ia menegaskan, karya adalah yang membedakan kita dengan yang lainnya.

Di usia yang masih belia, dia punya gagasan-gagasan besar untuk Indonesia. Belajar fisika dan bisnis, memudahkan ia mengelola dunia yang kompleks menjadi lebih sederhana. Ia ingin, kelimpahan Indonesia akan matahari misalnya,  benar-benar memberdayakan masyarakatnya.

Hari ini ditutup dengan coklat falling in love ditraktir jeng Eka Wijayanti

See.....betapa beruntungnya saya.

Menghitung syukur ini justru saya pelajari dari Benaeng Taruwara saat SD. Tiap hari ia menuliskan rasa syukurnya dalam sebuah buku. Kadang hanya satu ia tulis kadang banyak.

Ya Tuhan terima kasih saya masih bernafas.
Ya Tuhan terima kasih makanan ini enak.
Tuhan terima kasih karena Bunda baik.
Terima kasih Tuhan aku masih hidup.

Begitu tulisnya. Dan selalu diulang-ulang sesuai dengan nikmat yang ia syukuri.

Sudahkah kau syukuri nikmat hari ini? Siapa tahu itu membuatmu tak terlalu riuh dengan keluhan.