Jumat, 07 Agustus 2009

Biaya Pernikahan


Senangnya punya bos gaul. Bukan pekerjaan yang ditanya tapi justru cerita-cerita lucu yang membuat kami semua tersenyum dan jidat tidak lagi mengkerut.

Pak Bos saya cerita, dia ditanya tentang berapa besar biaya pernikahan yang harus disediakan oleh anaknya. Jawabnya: “Sungguh aku tidak bisa menghitung berapa biaya pernikahan itu, anakku. Lha wong sampai sekarang saja saya masih terus setor setiap bulannya, belum lunas-lunas.”

”Makan tidak dimakan, saya harus tetap bayar. Tidur di rumah atau tidak, argo jalan terus. Menyentuh tidak menyentuh, jatah bulanan tetap sama, bahkan kadang lebih. Itu yang bisa dihitung. Belum lagi yang nonmateri. Diminta mendorong gerobak belanja, memijat dan dicurigai. Pulang malam ditanya, pulang cepat dikomentari. Makin langka pemandangan indah setiap pulang kerja.”

“Jadi, anakku, jangan tanya berapa besar biaya pernikahan yang harus kamu siapkan dan kamu bayar. Kalau biaya pesta pernikahan, ayah bisa hitungkan. Sewa gedung, sewa katering, baju pengantin dan mahar, semua bisa dinominalkan dengan cepat,” ujarnya.


“Pondasi tangguh perkawinan direkatkan oleh komitmen. Pilar-pilar penopangnya harus dikuatkan dengan kasih sayang. Semua tidak bisa dihargai dengan uang.”

Emmy Kuswandari

Tidak ada komentar: