Kamis, 06 Agustus 2009

Dede, Sayang Mbak…………


Saya baru di Malang ketika membuat surat cinta ini. Urusan pekerjaan. Tetapi kalau ditugaskan di Malang selalu saya berbinar. Nasi Madura, Restoran Inggil, Rumah Makan Oen, Bakpo Telo dan Bakso Malang nya tentu saja. Pikiran saya pasti sudah liar. Kerja boleh keras, tapi senang-senang ya harus. Sesekali memanjakan lidah.

Tapi sekaligus saya memanjakan mata. Landscape di Malang, amboi indahnya. Bangunan kunonya masih sangat banyak. Airnya masih adem. Mau nginap di hotel yang serem seperti Spendid Inn atau di Tugu, boleh. Mencari sensasi angker dan bonusnya kita puas melihat barang-barang kuno di museum yang ada di dalam Hotel Tugu. Pokoknya, mantap.

Satu teman yang bergabung hari itu sangat sendu. Ia meninggalkan anaknya yang baru sakit di Jakarta. Satu teman lagi bertengkar dengan suaminya karena di ulang tahun pertama anaknya, ia tak ada di rumah. Jadilah kami saling curhat.

Buat kami, para angle’s perusahaan ini memang penuh dilema kalau harus penugasan luar kota seperti ini. Saya dulu selalu sedih kalau pulang dari luar kota, dan mata anakku memandang asing ke emaknya yang lebih sering tak bersamanya. Bahkan seorang teman cerita, kalau ditanya sama anaknya: dede sayang siapa? Maka dede kecilnya ini akan menjawab bahwa dede sayang mbak. Ditanya sekali lagi, maka dede akan menjawab sayang mami, papi, cici dan mbak. Si mbak ini tidak pernah lupa disebut. Mbak adalah panggilan untuk pengasuhnya.

”Sedih sih aku kalau anakku lebih sayang sama mbaknya. Jadi kepikiran, dia ini anak mbaknya atau anakku sih,” keluh seorang teman.

Hehhehehhe...kalau sudah kejadian, baru deh sadar, anak kita lebih sayang mbak nya atau sayang pengasuhnya. Lebih nangis-nangis kalau ditinggal asisten atau babysitter mudik, dibandingkan dengan ketika kita pamitan untuk berangkat ke kantor atau keluar kota.

Sebetulnya masalah ini, jadi fenomena yang kita coba pungkiri. Kita lebih menjaga bentuk indah payudara daripada buah dada ini tak karuan bentuknya karena menyusui. Jadilah, anak sapi dan bukan anak mami. Begitu bukan? Lebih keren menyusui anak dengan botol daripada harus membuka kancing baju di tempat-tempat umum. Secara, mall – mall kita kurang ramah dengan kebutuhan dasar baby ini, dengan tidak menyediakan tempat khusus untuk menyusui.

Jadi bijaknya bagaimana? Keluar kerja dan tinggal di rumah mengurus anak atau membawa anak ikut keluar kota, atau kerja dan tidak mau ditugaskan keluar kota? Kalau gagasan Pap and Mom bagaimana sih? Berbagi pengalaman yuk.


Emmy Kuswandari, Malang 2009

Tidak ada komentar: