Kamis, 06 Agustus 2009

Tak Gendong kemana-mana………………


Hai pap and mom,
Apa kabar? Maaf kalau saya lama menghilang dari peredaran. Tapi tenang saja, saya masih di orbit yang sama, berpeluh, berdenyut, berdesah, berurai air mata dan tersenyum. Saya juga masih menembuh jarak ribuan kilo hampir di setiap weekend untuk mengunjungi cinta saya, di kota lain.

Pagi hari ini saya awali dengan senyuman. Hangat. Dan akhirnya meledak dalam tawa bareng Mbah Surip. Ya benar, saya tertawa bersamanya. Dia di layar TV dan saya di kamar hotel. Jreng..jreng..jreng…. Tak gendong kemana-mana, tak gendong kemana-mana. Enak tho, mantep tho.. daripada……

Dalam bayang kita Mbah Surip menggendong gadis cantik yang juga menebar senyum untuknya. Siapa yang tidak mau digendong kemana-mana oleh kekasih hati. Lagu sederhana, sangat sederhana bahkan. Tapi membuat siapapun akan tersenyum mendengarnya. Kalau lebih jeli lagi, banyak status di Facebook yang mengambilnya sebagai kutipan.

Kalau yang digendong gadis jelita, waduh betapa senangnya. Tapi kalau yang kita gendong derita bagaimana? Hussssyyyy.....mosok ngomongnya derita mulu. Tapi bener kan, as a single pap or mom, pasti seringkali menggendong derita ini kemana-mana. Tidak hanya sebagai single pap and mom, sebagai orang tua lengkap pun kita akan mengalaminya.

Misalnya? Mikir mau masukin anak ke sekolah baru saja sudah menjadi beban untuk kita. Anak sakit juga jadi beban. Nah, yang tidak luput menghampiri masing-masing dari kita adalah utang. Entah utang untuk membayar sekolah, untuk membayar biaya rumah sakit atau yang jadi tren pekerja yaitu utang kartu kredit.

Siapa yang tidak menderita menggendong utang kemana-mana. Jadi ingat Tora Sudiro ketika dia menawarkan kartu kredit suatu bank. Nahhhhhhhhhhhhhhhhh mirip begitulah gambarannya kita menggendong utang kemana-mana.Terbungkuk-bungkuk membawa utang dan susah bayarnya. Diri kita seperti itu tidak sih?

Lalu harus bagaimana biar tidak menggendong utang kemana-mana? Ya dibayar! Dananya dari mana? Ya di cari. Enak saja ya saya nulis. Situ punya duit, sini kering kerontang nih sumber dananya. Gaji numpang lewat saja. Gali lubang tutup lubang. Meskipun begitu, sejatinya utang ya harus dibayar.

Prinsip yang harus dipegang, kalau kita tidak membayar utang, maka rezeki kita pun menjadi tersendat. Tidak ada sejarah yang menyatakan, orang bisa kaya dengan ngemplang utang.

Kalau kita percaya law of attaction atau hukum tarik menarik dalam jagad ini, maka utang bisa kita samakan dengan enerji buruk. Kalau kita memperbesar enerji buruk ini maka yang akan berbalik ke kita berlipat-lipat besarnya. Apalagi kalau niatannya sudah tidak ingin membayar utang. Nah, jadi kebayang kan.

Jadi, ambil keputusan untuk segera membayar utang-utang kita. Ambil keputusan adalah kata kuncinya. Karena dengan mengambil keputusan, kita sudah memerintahkan bawah sadar kita untuk menyelesaikan masalah ini sesegera mungkin. Entah dengan bekerja lebih keras, entah dengan menahan diri tidak sering-sering menggesek kartu kredit. Utang kelar, rezeki pun lancar. Jadi, milih digendong Mbah Surip atau menggendong utang? Oalahhhh Mbah Surip....Mbah Surip.


Emmy Kuswandari, 28 Malang 2009

Tidak ada komentar: