Minggu, 16 Agustus 2009

Hening


Izinkah aku menulis tentang kesendirian. Mungkin ini adalah saat yang dibenci, juga oleh diriku. Tapi bisa jadi, ini adalah rasa yang paling dicari, oleh mereka yang hidupnya selalu bergemuruh.

Saat sepi menyergap diriku, aku menerimanya dengan terbuka. Aku sadar dengan pilihanku, pilihan untuk merasakan kesendirian. Meski kadang hidupku begitu bergemuruh, dan menolaki kesunyian.

Sendiri, buatku bukan jeda. Ia adalah keheningan panjang yang sangat nyaman. Mungkin ia seperti dinihari, ketika kau dan aku tak bisa memejamkan mata. Ketika kita mendaraskan doa, atau masuk dalam hening di denting waktu. Saat aku melupakan kesendirian, atau justru masukinya.

Izinkan saya menulis tentang gelap. Dinihari adalah saat ketika gelap, yang berhimpun sejak senja, akan berakhir. Tapi di dinihari pula gelap seperti tak hendak pergi. Justru saat paling gelap dalam seluruh hari adalah menjelang terang.” Agaknya pada diniharilah gelap adalah sebuah ajektif bukan tentang kekurangan, melainkan tentang kelebihan: gelap adalah sesuatu yang bersama kita sebelum cahaya; ia juga sesuatu yang akan bersama kita sesudah cahaya.

Ah, aku ngelantur ya.
Aku cuma ingin bilang, itulah nikmat. Menggelisahkan, tetapi membuatku sangat nyaman. Meski kadang dalam otak kecilku memberontaki, tetapi aku sadar aku justru menawan diriku di sini.

Dalam hening dinihari, aku mempunyai banyak waktu untuk bicara dengan diriku sendiri. Dan bicara denganmu, kalau kau merasakan itu.

2 komentar:

Siti Nurrofiqoh mengatakan...

Ah, kamu sungguh pintar. Aku suka membacanya...
Aku turut meresapi, karena moment itu, dialami semua manusia, termasuk aku.

http://emmykuswandari.blogspot.com/ mengatakan...

Selamat meryakan keheningan Mbak.