Kamis, 06 Agustus 2009

Fokus


Hari geneee tidak punya Blackberry, ke laut saja deh. Tanpa BB tidak bisa mengupload status facebook, baru ini baru itu. Baru sama selebriti ini dan sok sibuk dengan si anu. Dari urusan domestik sampai futuristik. Biar kentara sok sibuk, makanya status diupload terus.

Ah saya juga tak punya BB. Bahkan sejak 2001 saya memilih tidak punya televisi di Jakarta. Mungkin karena saya tak mampu beli kalee ya. Hehheheh. Selain fungsinya lebih untuk kebutuhan kerja, BB juga untuk gaya kali ya. Tapi yang menarik baik di BB atau di handphone kita ada fasilitas yang seringkali kita abaikan fungsinya yaitu kamera.

Ah jadi ingat anggota DPR dan artis dangdut yang menggunakan kameranya untuk kegiatan ah uh itu. Auk ah gelap mereka ngapain. Bukan pemanfaatan kamera seperti itu yang ingin saya anjurkan.

Tapi dengan kamera tersebut kita belajar memotret objek dengan jarak dekat bahkan sangat dekat. Menarik untuk dicoba sambil joging pagi menggambil gambar-gambar bunga secara makro sampai kelihatan serat-serat dan bintik-bintiknya, atau kumbang sampai tampak bulu-bulu halusnya. Coba deh.

Apa pentingnya sih belajar memotret makro ini? Apa hubungannya dengan penyelesaian masalah di kehidupan kita. Hidup aja sudah susah kok harus belajar motret makro segala?

Teman saya komentar, ” Iya jeng, menarik motret makro. Harus usaha, nahan nafas, pake nunduk-nuduk dan nungging segala,” hehhehhehe.

Belajar Fokus
Sepintas tidak ada yang istimewa. Satu hal yang kita pelajari: belajar fokus. Dalam hidup, kita terbiasa memiliki pilihan yang beragam. Akibatnya kita tidak terlatih untuk fokus. Padahal kalau mau sukses, ya fokus. Apapun impian, tujuan dan outcomenya. Fokus kuncinya. Semakin besar energi yang kita berikan pada impian dan keinginan kita, makin besar kekuatannya.

Bagaimana caranya fokus? Di tempat kerja, orang seliweran, di rumah anak merengek-rengek, kalau malam si doi ngajak yang iya-iya.

Teman saya kasih ide: justru di tempat ramai sangat menarik untuk belajar fokus. Di bingarnya musik atau sesautan orang, kita belajar menghitung mundur. Dari angka 30, 50 atau 100. Mundur lho ya. Coba, sampai angka berapa kita hang, blank dan lupa? Hehhehehh. Bisa-bisa malah tidak bergerak maju. Sederhana kan. Dari 30 ke 29, 28 dan hilang di 23, mulai lagi ingat-ingat di angka mana tadi ya. Kalau mendekati angka 1-2-3-4-5 malah ngebut, ada pula yang justru black out di sini. Hehhehhe. Coba yuk coba.

Hitungan mundur sederhana ini bisa menjadi penanda pola kita menuju outcome. Kalau ada target, semangat di awal, tidak fokus di tengah dan ngebut kalau dah deadline. Atau justru, tidak mantap di awal, mulai kendor di tengah dan semangat menuju tujuan. Padahal, menuju target harusnya konsisten.
"Yakinilah apa yang kamu inginkan, maka alam semesta akan membantu dengan caranya, asal hatimu terbuka," demikian kata penulis spiritualis Paulo Coelho. Tidak ada yang tidak mungkin untuk diwujudkan. Mulai dari mimpi, dibangun dari kekuatan dan keterbukaan hati serta kebersamaan, akhirnya menuai dengan suka cita. Kuncinya: ya fokus.
Hubungannya dengan memotret? Panggil saya kalau perlu modelnya. Hehhehehhehh.


Emmy Kuswandari, idenya di Malang, diselesaikan di Jakarta. Juli-Agustus 2009

Tidak ada komentar: